CatatanHadijahrachman

Minggu, 27 November 2022

Duka Cianjur Duka Kita


Duka Gempa di Cianjur dan sekitarnya adalah Duka kita bersama.
Mari Ulurkan Tangan dan berbuka hati turut menolong ,mendo'akan dan menghibur mereka yang berduka.
Bencana ini mengajak beritropeksi pada diri kita,mengajak kita berakhlak baik untuk orang lain dan untuk diri kita sendiri.

Jika tidak bisa membantu
dengan harta,dengan pelukan,dengan semangat ,dengan do'a pun cukup ,Namun tak usah melukai hati mereka dengan berprasangka buruk,apa lagi menuduh,menyebar fitnah.
Hanya Allah yang pantas mengatakan ini azab dan kalamNya(Al'quran)

Biarkan masing-masing manusia yang berpikir lebih baik(intropeksi diri) setelah bencana.
Jaganlah mulut kita,janganlah tangan kita yang mencerca mereka.Hati lembut tak akan  menjadikan mulut dan tangan melukai sesama

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ
 إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Ketahuilah dalam Islam, seseorang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan gempa termasuk mati syahid. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَيْهِ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ، وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ؟ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْهَدَمِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرَقِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ    

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh Allah telah memberikan pahala kepadanya sesuai niatnya. Apa yang kalian tahu tentang orang-orang yang gugur sebagai syahid?’ Mereka menjawab, ‘Ya mereka yang gugur di jalan Allah.’ 

Rasulullah lalu menjelaskan, ‘Mati syahid ada tujuh jenis selain gugur di jalan Allah: 
(1) korban meninggal karena wabah tha’un (wabah pes) adalah syahid,
 (2) korban meninggal karena sakit perut juga syahid, 
(3) korban tenggelam juga syahid,
 (4) korban meninggal tertimpa reruntuhan juga syahid, 
(5) korban meninggal karena radang selaput dada (pleuritis) juga syahid,
 (6) korban meninggal terbakar juga syahid,
 (7) wanita meninggal karena hamil adalah syahid.’” (HR An-Nasa`i). 

Dalam hadis tersebut disebutkan ada 7 golongan mati syahid selain gugur di jalan Allah. Yakni meninggal karena wabah, meninggal karena sakit perut, meninggal karena tenggelam, meninggal karena reruntuhan, meninggal karena radang selaput dada, meninggal karena terbakar, dan wanita meninggal karena hamil.

 Dalam hadis lain  riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW menyebut lima pintu syahid termasuk orang yang gugur di jalan Allah. Kelima pintu mati syahid itu adalah korban meninggal karena wabah, meninggal karena sakit perut, meninggal karena tenggelam, meninggal karena reruntuhan, dan meninggal karena gugur di jalan Allah.
 وعن أبي هريرة رضي الله عنه، قال قال رسولُ اللهِ     صلى الله عليه وسلم الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ المَطْعُوْنُ                والمَبْطُوْنُ، والغَرِيْقُ، وصَاحِبَ الهَدْمِ، والشَهِيْدُ فِي             سَبِيْلِ اللهِ متفق عليه   
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang mendapat derajat syahid ada lima jenis, yaitu (1) korban meninggal karena wabah tha’un (pes),
 (2) korban meninggal karena sakit perut,
 (3) korban tenggelam, 
(4) korban reruntuhan, dan 
(5) orang gugur di jalan Allah.’” (HR Bukhari dan Muslim). 

Jika merujuk hadis-hadis di atas, korban meninggal karena reruntuhan akibat gempa Cianjur tergolong mati syahid. Pakar Al-Qur’an KH Ahsin Sakho Muhammad menegaskan bahwa korban yang mati syahid harus dalam keadaan iman dan Islam yang terjaga hatinya, bukan dalam kondisi bermaksiat.

 Kesimpulan :
Pertama, bagi seorang Mukmin, musibah yang menimpanya, baik musibah itu ujian ataupun azab, adalah kebaikan baginya apabila dihadapi dengan sabar dan ridha. Jika berupa ujian maka musibah itu akan meninggikan derajatnya dan melipatgandakan pahalanya di akhirat. 
Dan jika berupa azab maka azab di dunia itu akan menggugurkan azab baginya di akhirat kelak. Dan hal itu lebih baik baginya. Karena azab di akhirat jauh lebih berat dan lebih pedih dibandingkan azab dunia. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
   مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)   Maknanya: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).  
Oleh karena itu semua, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
  أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى            الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ        
                            (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا)   
Maknanya: “Manusia yang paling berat musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa ia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya)

  Kedua, sedangkan bagi orang kafir, bencana dan musibah apa pun yang menimpanya di dunia tidaklah bermanfaat sama sekali baginya di akhirat.  

 Ketiga, jika seseorang mulai berbuat taat dan mulai meninggalkan hal-hal yang diharamkan lalu ditimpa berbagai musibah maka itu adalah ujian baginya. Apakah ia akan terus melanjutkan ketaatan ataukah ia kendor semangat lalu meninggalkan ketaatan itu. 

  Keempat, jika seseorang ditimpa musibah dan bencana setelah ia berbuat maksiat dan dosa maka yang semestinya dia lakukan adalah menyegerakan tobat dengan sungguh-sungguh dari semua dosa yang pernah ia lakukan.
 Baginda Nabi bersabda: 
                           التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
                      (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالطَّبَرَانِيُّ وَغَيْرُهُمَا)  
 Maknanya: “Seseorang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa” (HR Ibnu Majah, ath-Thabarani ...)

Wallahhualambisoap...

GURU bAHAGIA

TERIMAKSIH LUKA

Hai, lelaki yang pernah kupercaya...   Kau, yang menabur janji bak benih di tanah subur hatiku,   Namun setiap musim hanya tumbuh duri—tajam...